Pasca timnas Indonesia membantai Malaysia (5-1), Laos (6-0) dan musuh bebuyutannya Thailand (2-1) pada babak penyisihan grup A Piala AFF 2010, pecinta sepakbola negeri ini seakan-akan terhipnotis raihan ke semifinal.
Bahkan, euforia yang ditujukan cukup berlebihan dengan seolah-olah timnas sudah menggenggam tropy juara. Apalagi, AFF juga memastikan dua laga semifinal antara Indonesia vs Filipina, akan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada 16 dan 19 Desember nanti. Ini artinya, para fans Timnas Garuda semakin yakin jika satu kaki Irfan Bachdim Cs sudah melenggang ke Final.
Ya, dengan alasan Filipina tidak memiliki stadion yang layak untuk menggelar pertandingan internasional, maka Presiden Federasi Sepak Bola Filipina (PFF) Jose Mari Martinez, menyerahkan keputusan laga semifinal ke AFF selaku penyelenggara.
Tak ayal, AFF pun memberi dua alternatif pilihan yakni menggelar pertandingan di tempat netral atau menunjuk Stadion Utama Bung Karno Jakarta sebagai tempat laga home mereka. Alternatif kedua sepertinya dipilih Jose Mari Martinez, meski sempat ditolak secara resmi Federasi Sepakbola Filipina (PFF) melalui Ketua PFF Mariano Araneta Jr.
Alhasil, PFF pun sempat mengajukan banding dan berharap laga home mereka bisa digelar di Vietnam sebagai tuan rumah di My Dinh Stadium, Hanoi.
Maklum, penolakan PFF itu cukup beralasan karena menurut Araneta, sebenarnya Martinez tidak punya hak memutuskan hal itu lantaran sudah dilengserkan dalam pertemuan reguler pada bulan November silam. "Kongres ini disaksikan oleh komite Olimpiade Filipina dan prosesnya berlangsung legal, sesuai dengan hukum yang berlaku di negara kami," jelas Araneta sebagaimana dikutip dalam ABS CBN-News.
Untuk itu, Araneta mengklaim adalah Jose Mari Martinez, satu-satunya orang yang bertanggungjawab atas kegagalan Filipina menjadi tuan rumah. "Kami terkejut karena AFF mohon maaf laga tidak bisa digelar di Filipina karena Mr. Martinez menginformasikan tidak ada tempat yang layak," ujarnya.
Tentu saja, keputusan AFF tersebut sangat kontroversial. Memang, Indonesia diuntungkan dua hal dengan keputusan tersebut. Yang pertama, hasil penjualan tiket sepenuhnya menjadi milik panitia lokal yang dalam hal ini ditangani PSSI. Lalu yang kedua, sudah tentu menjadi motivasi tersendiri bagi penampilan timnas dengan hadirnya pemain keduabelas dari dua laga tersebut.
Tapi dibalik keuntungan itu, terbersit tanya ada skenario apa gerangan? Bukannya su'udzon (buruk sangka), sebab bagaimanapun, semua pecinta sepakbola Indonesia pasti akan girang jika melihat timnas Garuda bisa terbang tinggi ditengah gersangnya prestasi selama satu dasawarsa ini.
Hanya saja, jika raihan prestasi yang diraih timnas dirasuki unsur-unsur skenario busuk atau unfair, tentu saja tidak akan ada kebanggaan. Kenapa, karena skenario-skenario seperti ini sebenarnya bukan hal baru dalam sepakbola.
Yang terhangat, terpilihnya Rusia sebagai host Piala Dunia 2018 dan Qatar pada Piala Dunia 2022 mendatang yang sempat digegerkan kabar adanya aksi jual beli suara pada hasil voting anggota Exco FIFA sehingga membuat beberapa petingginya di non aktifkan.
Tak ayal, FA (Federasi sepakbola Inggris) pun bereaksi keras dengan menilai FIFA adalah sekumpulan organisasi mafia sepakbola dunia sehingga harus dilakukan reformasi.
Nah, kembali lagi ke kontroversi penempatan laga home Filipina di Jakarta, semoga saja bukan trik dari Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid yang sejauh ini dianggap sebagai musuh publik sepakbola nasional untuk menarik simpati dan pencitraan.
Sebab, jika memang benar untuk perkembangan timnas sendiri, sungguh alangkah baiknya jika laga home Filipina digelar di tempat netral. Karena selain untuk mengukur mental bertanding pemain di luar kandang, tentunya juga akan sangat fair. Menang kita makin bangga, kalah pun tidak terlalu menyakitkan.
Karena wajar saja, lantaran kerap dipojokkan dengan tuntutan mundur, bagi Nurdin prestasi gemilang timnas di ajang ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan citra di akhir masa jabatan pada tahun 2011 nanti.
Apalagi, jaringan Nurdin di kalangan petinggi sepakbola Asia dan FIFA terlihat cukup dekat. Itulah kenapa juga, Nurdin juga disebut-sebut salah satu kandidat kuat sebagai anggota Exco AFC jika pada pemilihan Presiden AFC mendatang bisa dimenangi lagi Muhammad Bin Hammam yang rencananya juga bakal maju kembali.
Sementara Bin Hammam, setali tiga uang dengan Nurdin. Hammam juga terkenal dekat dengan Sepp Blatter yang rencananya juga akan mencalonkan kembali pada pemilihan Presiden FIFA pada periode berikutnya. Nah, inilah yang ditakutkan. Ada skenario busuk saling membalas pahala. Tapi semoga saja tidak.
Semoga saja, keputusan AFF menunjuk laga home Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno memang benar-benar berdasarkan penilaian obyektif tanpa dimasuki unsur-unsur kebusukan sehingga apapun hasilnya, bisa dilihat secara fair tanpa rekayasa.
Sehingga, jikalau timnas Garuda menang atas Filipina, tidak ada cibiran bahwa Bambang Pamungkas Cs jago kandang dan sebagainya. Untuk itu, pada Kamis (16/12/2010) nanti, dukungan rakyat Indonesia sangat penting agar tren positif yang sudah ada saat ini, bisa terjaga hingga final dan Juara. Mumpung semua pemain dalam kondisi terbaik dan pendukung juga makin antusias.
Dan yang tak kalah pentingnya, pemerintah pun juga mulai memberikan perhatian ekstra, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tim ini. Jadi, semoga saja di akhir tahun ini ada hadiah paling membanggakan bagi rakyat Indonesia. Amin!
sumber : http://beritajatim.com/detailnews.php/5/Olahraga/2010-12-13/86749/Semoga_Bukan_%27Skenario%27_Nurdin