Kasus hilangnya Moch. Rochim akhirnya dilaporkan ke Polsek Buduran, Sidoarjo. Polisi kemarin (23/9) menginterogasi tiga orang yang diduga mengetahui keberadaan suami Jumiatul Rofiah itu sebelum menghilang. Polisi juga sudah mengambil sepeda motor Mega Pro milik Rochim yang berada di PT DJSM.
Rabu malam (22/9) Jumiatul melaporkan hilangnya Rochim ke Polsek Buduran. Dia didampingi Mochamad Rofik, kakak Rochim. Rofik mengatakan, kepada petugas dia melaporkan hilangnya Rochim sejak 17 September lalu. Selain itu, dia melaporkan perampasan motor Rochim. "Saya belum memberikan bukti apa-apa. Ini saya bawa STNK-nya," ucap Rofik.
Menurut dia, laporan perampasan dilakukan karena motor Mega Pro bernopol L 4625 DJ tersebut ditahan di pabrik PT DJSM dan tidak boleh diambil tanpa alasan yang jelas. Padahal, motor itu milik Rochim.
Rofik mengungkapkan, saat ke pabrik, dirinya ditemui pegawai bagian personalia. Pegawai tersebut mengatakan bahwa masalah yang menimpa Rochim sudah diserahkan kepada Haryono. Padahal, lanjut dia, Haryono bukan karyawan di pabrik itu. "Kalau mau menempuh jalur hukum, silakan. Tapi, jangan begitu penyelesaiannya," ucap Rofik menirukan ucapan pegawai tersebut.
Akhirnya, Rabu malam itu juga, dia bersama petugas dari Polres Sidoarjo dan Polsek Buduran mendatangi pabrik yang berada di Jalan Industri Nomor 12A tersebut. Dia mendapati motor terparkir di sana. Hanya, saat mau mengambilnya, dia tidak diperbolehkan satpam jaga dengan alasan tidak membawa kunci pengamannya. Motor itu akhirnya bisa diambil kemarin. Polisi mengamankan motor tersebut di Mapolsek Buduran sambil memproses laporan Jumiatul.
Sementara itu, Polsek Buduran kemarin memeriksa tiga saksi yang selama ini ditemui Rochim. Yaitu Haryono, Thoyib, dan Andi. Haryono adalah orang yang ditemui Rochim dan dikatakan menahan motornya. Dia bukan karyawan perusahaan tersebut. Thoyib dan Andi adalah pegawai PT DJSM.
Sempat terjadi ketegangan di ruang pemeriksaan Reskrim Polsek Buduran. Haryono menyangkal tuduhan bahwa dirinya disuruh pihak pabrik menyelesaikan masalah Rochim. Sedangkan pihak pabrik bersikukuh bahwa kasus itu sudah diserahkan kepada Haryono. Haryono, kata pihak pabrik, dipasrahi untuk "menyelesaikan" Rochim.
Sumber di internal kepolisian menyebutkan, dalam pemeriksaan Haryono mengaku masih melihat Rochim masuk kerja pada 20 September. Rochim baru tidak masuk kerja keesokan harinya. Soal motor itu, dia menyatakan bahwa kendaraan tersebut bukan dirampas. "Rochim katanya menyerahkan sendiri. Tapi, masih kami selidiki lebih lanjut," ucap seorang petugas.
Hal itu dilakukan sebagai jaminan sampai Rochim mengembalikan laptop yang diambilnya. Buktinya, ada pernyataan yang menyatakan bahwa Rochim bersedia mengembalikan laptop. Sebagai jaminannya, sepeda motornya ditinggal di pabrik.
Kasatreskrim Polres Sidoarjo AKP Ernesto Saiser mengatakan, sampai tadi malam belum ada titik terang mengenai raibnya Rochim. Menurut dia, pihaknya masih memeriksa beberapa saksi untuk mendapatkan kejelasan tentang duduk posisi kasus tersebut. "Sabtu kami periksa istrinya (Jumiatul, Red)," ucap Ernesto.
Selain Polsek Buduran dan Polres Sidoarjo, pengungkapan kasus hilangnya Rochim juga di-back up Polrestabes Surabaya. Kapolrestabes Surabaya Kombespol Coki Manurung mengatakan, dirinya sudah memerintahkan Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Anom Wibowo memulai penyelidikan. ''Kami menelusuri jejak terakhir di mana suaminya terlacak,'' tutur mantan Dirnarkoba Polda Jatim tersebut.
Sebelumnya, polisi memang dituding saling lempar terkait kebingungan Jumatul atas hilangnya Rochim, suaminya. Sempat melapor ke Polsek Gubeng, dia diarahkan ke Polrestabes Surabaya. Dari Polrestabes Surabaya, dia diarahkan ke Polsek Buduran. Sebab, sebelum menghilang, Rochim memang ada masalah karena dituduh mencuri laptop milik bos tempat dia bekerja.
Rochim bahkan mengaku sempat "dibawa" oleh sejumlah preman ke Tretes dan dipaksa mengaku bahwa dialah yang mencuri laptop itu. Setelah dipulangkan, dia terlihat bingung dan selanjutnya menghilang secara misterius. Sebelum menghilang, dia meninggalkan surat di lemari pakaian. Isinya, nyawanya terancam dan harus mengembalikan laptop yang tidak dia ketahui.
Menurut sejumlah sumber di kepolisian, awalnya korps berbaju cokelat itu bingung mau menangani kasus ini. Sebab, kalau penculikan, belum ada bukti awal. Kalau menghilang sendiri, Rochim adalah pria dewasa. ''Jadi, bukti awal tindak pidananya memang tidak ada. Lalu, kami harus menanganinya seperti apa dan bertindak atas dasar apa?'' ucap seorang perwira pertama yang tak mau disebut namanya.
Namun, karena faktanya pihak keluarga bingung, polisi akhirnya menerima laporan tersebut. Coki mengatakan, untuk tahap awal ada dua hal yang langsung dilakukan. ''Pertama, menelusuri keberadaan Rochim kali terakhir, dan yang kedua mencari keterangan awal dari sejumlah saksi,'' kata perwira dengan tiga melati di pundak tersebut. Aparat Satreskrim Polrestabes Surabaya juga sempat memeriksa beberapa anggota keluarga Rochim. Hasilnya, tidak banyak ditemukan petunjuk.
Rofi mengatakan, Rochim baru bekerja lima bulan sebagai sopir pribadi Yahya, bos PT DJSM. Awal Ramadan lalu, dia dituduh mencuri laptop. ''Akibatnya, sepeda motor Mega Pro-nya ditahan,'' ucapnya.
Pada Jumat (17/9) lalu, Rochim pamitan kepada keluarga untuk mengambil motor. ''Saya mau mengambil motor, karena itu hak saya,'' kata Rochim seperti yang ditirukan Rofi. Sejak saat itulah Rochim tak pernah kembali ke rumah. Ponselnya tak aktif.
Beberapa hari kemudian, ada SMS ke ponsel keluarga. Isinya seram. ''Rochim sudah saya bunuh, dan saya tusuk-tusuk. Nanti mayatnya saya kirim ke Ngagel". Begitu bunyi SMS tersebut.