Setelah dikalahkan Uruguay 1-7, jagad sepakbola nasional kembali tercoreng. Kali ini pelatih Persibo Bojonegoro, Sartono Anwar menyebut ada upaya suap yang dilayangkan salah satu oknum kepada asisten manajer, Imam Sarjono sebelum pertandingan lawan Persema Malang, Sabtu (9/10/2010) kemarin.
Pernyataan Sartono sungguh mencengangkan. Selama ini jarang ada orang atau klub yang berani membongkar skandal-skandal di sepakbola nasional, termasuk didalamnya adalah unsur suap menyuap.
"Perlu kamu ketahui, saya akan mengungkap kebobrokan wasit di pertandingan ini. Imam Sarjono, sebelum pertandingan ini dimulai, ada wasit yang menawarkan uang Rp 10 juta," katanya geram.
"Saya tidak takut dipanggil PSSI. Silakan PSSI panggil saya. Saya akan sampaikan kejadian itu," paparnya. "Saya tidak mau tawaran wasit itu, karena saya tetap komitmen akan bermain sportif. Dan kita harus terapkan sportifitas," lanjut ayah dari pemain Timnas Indonesia, Nova Arianto ini.
Mengenai praktek suap menyuap, mantan kapten Timnas Indonesia, Ferril Raymond Hattu sedikit memberikan komentar. Menurut Ferril, selain praktek suap, ada banyak indikator yang bisa membuktikan kompetisi sepakbola di Indonesia sudah tidak sehat, salah satunya adalah penentuan juara.
"Masa kita sudah tahu siapa juaranya dan siapa yang degradasi sebelum kompetisi dimulai, dan itu bukan rumor, itu benar-benar. Ini fakta," jelasnya.
Pria yang dikenal lantang mengkritik PSSI ini menambahkan, untuk membongkar kebobrokan sepakbola nasional tak semudah mengkedipkan mata. Apalagi prakter-prakter itu dilakukan secara rapi dalam sistem yang tertata.
"Memang sulit dibuktikan, tapi kita bisa buktikan itu seiring berjalannya waktu, dan itu bukan rahasia umum," sambungnya.
Ibarat suatu sistem, sepakbola nasional adalah sistem yang sangat buruk. Sehingga setiap orang yang masuk didalammya mau tak mau harus mengikuti sistem yang ada. Kalau tidak, binasalah orang itu.
"Kalau satu grup masuk di sistem yang baik, pasti dia ikut baik. Tapi kalau masuk di sistem yang buruk ya dia ikut, karena dia tidak punya pilihan, dan tak ada teman. Sehingga ia harus melawan ratusan orang," tutup Ferril.
http://beritajatim.com/detailnews.php/5/Olahraga/2010-10-10/80233/Sangat_Buruk,_Juara_dan_Terdegradasi_Diketahui_Sebelum_Kompetisi