Di sela kesibukannya mengobati pasien, Nur menceritakan, sepulang study tour dari Yogyakarta, ia membawa batu pipih itu pulang. Namun aneh, di tengah perjalanan bus yang ditumpangi rombongan MA (Madrasah Aliyah) Mambaul Ulum Corogo, Kecamatan Jogoroto mogok. Meski sudah diservice oleh kru, bus tersebut enggan jalan.
Selanjutnya, salah seorang guru menginstruksikan kepada seluruh peserta agar membuang barang yang dibawa dari pantai. Nur yang merasa membawa batu itu langsung membuangnya. Aneh bin ajaib. Grengggg...,bus yang mogok itu langsung hidup. "Begitu batu tersebut saya buang, bus yang mogok langsung bisa jalan," kata Nur mengenang, Minggu (6/2/2011).
Sesampai di rumah, siswi kelas II MA Mamba'ul Ulum ini membuka tasnya untuk mengeluarkan barang bawaan. Nur seketika kaget, pasalnya batu yang sudah ia buang itu ada lagi di dalam tasnya. Karena takut, anak keempat dari empat bersaudara itu kembali membuangnya. Namun lagi-lagi, batu 'sakti' tersebut muncul kembali. "Saya membuangnya hingga lima kali namun batu tersebut tidak juga pergi," imbuhnya.
Hingga petang ini, pasien yang datang ke rumah Nur terus menumpuk. Dari catatan panitia di lokasi, kupon yang sudah ludes sebanyak 100 lembar. Artinya, mulai pukul 15.30 WIB hingga saat ini sudah terdapat 100 pasien yang meminta kesembuhan dari anak pasangan Buamin (51) dan Mardiyah (49) ini.
Para pasien tersebut antre di depan rumah Nur. Mereka duduk di kursi yang telah disediakan. Sedangkan yang tidak kebagian tempat duduk harus rela berdiri menunggu pasien lainnya meninggalkan lokasi. "Kita tidak menarik biaya. Namun pasien memberikan uang lelah secara sukarela," kata Ya'udi (35), salah satu panitia. [beritajatim.com]
