Dalam kurun waktu empat dasawarsa terakhir ini, perjuangan guru dalam mencapai cita-cita terasa masih jauh dari yang diharapkan. Pembangunan politik, ekonomi, sosial, dan budaya sering kali mengabaikan peran guru dalam peningkatan kapasitas dan kualitas guru. Hal itu menjadi keprihatinan para pendidik yang tergabung dalam Federasi Serikat Guru Indonesia.
"Persoalan pendidikan di Indonesia masih jalan di tempat. Berbagai persoalan mendasar belum bisa diselesaikan. Permasalahan-permasalahan klasik seperti penyediaan sarana-prasarana dan peningkatan kualitas guru belum bisa diselesaikan. Pemerintah justru membuat kebijakan-kebijakan baru yang cenderung kontroversial," kata Ade Irawan dari Koalisi Pendidik Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam konferensi pers Deklarasi Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Jakarta, Minggu (23/1/2011).
Kebijakan kontroversial yang disebutkan Ade adalah masih ngototnya pemerintah mempertahankan ujian nasional, kebijakan sekolah berstandar internasional (SBI), dan korupsi BOS. Pengingkaran terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut telah melahirkan pendidikan nasional dan yang mayoritas tidak tangguh, tidak kreatif, tidak inovatif, serta tidak bermartabat yang akhirnya berdampak signifikan pada kualitas pendidikan itu sendiri.
"Kami membutuhkan sebuah organisasi guru yang solid dan kritis, serta dapat menyampaikan aspirasi para guru," Kata Ketua Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ) Retno Listyarti yang juga ikut menandatangani deklarasi FSGI.
Retno berharap, FSGI dapat memberikan kontribusi pada perbaikan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia, meningkatkan kesejahteraan guru, dan dapat menjadi wadah aspirasi guru dalam menanggapi persoalan pendidikan.
sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2011/01/23/17094173/Inilah.Federasi.Serikat.Guru.Indonesia