Senin (22/11/2010) adalah hari yang takkan terlupakan bagi 180 pasang mempelai yang berpartisipasi dalam “Pernikahan Massal Terpadu 2010” yang digelar di Monumen Kapal Selam (Monkasel). Bagaimana tidak? Selain tidak dipungut biaya sepeserpun, mereka juga menjalani prosesi layaknya pengantin yang berduit.
Mulai dari make-up, gaun pengantin, gedung resepsi, souvenir sampai surat nikah semuanya gratis alias tidak dipungut biaya sepeserpun. Dan sebagian besar dari mereka memang berasal dari kalangan tidak mampu, tak hanya dari Surabaya, tapi juga ada yang dari Gresik, Sidoarjo, Pasuruan dan Mojokerto.
Yatiman (18) dan Eva (18) misalnya. Warga Surabaya yang tinggal di kawasan Putat Jaya ini sudah menjalani masa pacaran selama 5 tahun. Mereka mengaku senang bisa menjadi bagian dari calon pengantin yang akan dinikahkan secara gratis ini.
“Begitu mendengar ada acara ini (nikah massal), saya dan calon istri langsung mendaftar,” kata Yatiman yang berprofesi sebagai pemulung ini, seperti ditulis dalam release yang diterima redaksi beritajatim.com.
Mereka mengaku terpaksa ikut pernikahan massal gratis ini dikarenakan tidak adanya biaya. “Hasil dari pekerjaan saya sebagai pemulung hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Jangankan untuk menikah, untuk makan sehari-hari dan biaya lain-lain seperti bayar kos-kosan saja sudah setengah mati. Untung saja, calon istri saya juga bekerja, meski hanya sebagai buruh pabrik,” lanjut Yatiman yang mengais rejeki sebagai pemulung di TPA Kuburan Kembang Kuning ini.
Namun, pasangan yang memutuskan nikah muda ini sudah punya rencana akan punya 2 anak. Bahkan Yatiman juga berencana akan ganti profesi dan mencari pekerjaan lain setelah menikah nanti. “Biar istri dan anak-anak saya dapat hidup layak,” ungkapnya.
Lain halnya dengan Salman (24) dan Tuliyem (36). Pasangan yang lebih tua pihak wanita dan terpaut usia 12 tahun ini mengaku sudah nikah siri, 3 tahun lalu. Bahkan, pasutri ini sudah memperoleh keturunan bernama Salsa Safa Ramadhani (2 tahun).
“Tapi kami ingin punya surat nikah resmi serta akte lahir buat anak kami agar tidak ada kesulitan di kemudian hari,” ujar Salman. Alasan Salman yang bekerja sebagai buruh konveksi ini juga mau menepis anggapan negatif orang di sekelilingnya.
“Untuk itu, saya ikut nikah massal ini, dengan harapan agar pernikahan kami tercatat resmi di negara,” aku Salman yang bermukim di kawasan Lasem ini.
Sementara itu, ada yang menarik dari pelaksanaan nikah massal ini. Pasangan Husni Hadi Sumarno (32) dan Susanti (24), salah satunya. Dalam kondisi mengandung 8 bulan, Susanti juga menjadi salah satu peserta nikah massal.
“Kami selama ini hanya nikah siri, tidak punya surat nikah resmi,” aku Santi sambil dirias. Bahkan Santi yang sudah punya 1 anak bernama Denisa Anggraeni (3) ini mengaku bahagia bahwa nantinya mereka bakalan punya surat nikah resmi.
“Nantinya, kami pun tidak akan menemui kesulitan jika mengurus akte lahir anak-anak kelak jika kami sudah punya surat nikah resmi,” harap Santi yang mengaku berprofesi sebagai pengemis di kawasan Pesarean Ampel ini.
DR. Hana Amalia Vandayani Ananda dari Yayasan Pondok Kasih selaku penyelenggara memaparkan bahwa sasaran program ini memang warga yang ingin menikah tetapi tidak memiliki kemampuan dari segi biaya. Dan juga membantu warga yang telah hidup bersama namun tidak memiliki identitas perkawinan yang jelas.
“Ini sebagai wujud kepedulian kami dalam perbaikan moral bangsa dalam bidang perkawinan yang benar menurut agama dan negara. Selain itu, untuk membantu masa depan anak-anak mereka kelak agar dapat memiliki akta lahir,” ujar Hana Ananda. Acara nikah massal ini sendiri kerjasama antara Yayasan Pondok Kasih, Asosiasi Pengusaha Perlengkapan Pernikahan (AP3) Surabaya dan Forum Surabaya Peduli.
Ditambahkan Hana yang pernah mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial (2004-2005) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, selain tidak dipungut biaya sepeser pun, pihak panitia akan membantu untuk mengurus surat-suratnya agar pernikahan mereka tercatat resmi oleh negara. Kegiatan sosial ini sendiri digelar dalam rangkaian peringatan Hari Pahlawan dan menyongsong peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional.
Hal senada juga diungkapkan Hendy Prayetno selaku Ketua Panitia dari Asosiasi Pengusaha Perlengkapan Pernikahan (AP3) Surabaya. Bahkan AP3 all out agar pelaksanaan “Pernikahan Massal Terpadu 2010” tersebut berlangsung sukses.
“Kami menyediakan gaun pengantin dan 30 perias profesional untuk merias peserta nikah massal layaknya sepasang pengantin yang berduit,” ujar Hendy.
Selain itu juga, lanjut Hendy, pihak panitia ikut membantu mempromosikan pariwisata Monumen Kapal Selam (Monkasel) dan Kalimas, sebagai salah satu lokasi wisata yang ada di Surabaya.
“Karena sebelum acara resepsi di Gedung Langit, Kenjeran Park, para pengantin dinaikkan perahu terlebih dahulu untuk menyusuri Kalimas. Setelah itu lalu diarak dengan menaiki jip terbuka menuju tempat resepsi di Gedung Langit, Kenjeran Park,” jelasnya.
Sementara itu, Drs. HA. Sunarto AS, M.EI dari Forum Surabaya Peduli mengungkapkan bahwa pernikahan massal terpadu ini bersifat multikultural dari beberapa macam etnis dan agama.
“Selain bertujuan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan menuju semakin kokohnya Bhinneka Tunggal Ika, juga menandakan bahwa warga Surabaya bisa menjadi panutan bagi kota-kota lain yang ada di Indonesia dalam hal kerukunan antar umat beragama. Dengan harapan, semoga di masa yang akan datang, Surabaya selalu senantiasa tetap aman, damai dan sejahtera,” tegas Sunarto.
Sekadar diketahui, selain di Monkasel, pada Senin (22/11) malamnya, para pengantin akan menjalani prosesi dan didoakan oleh pemuka agama masing-masing. Acara akad nikah sekaligus resepsi ini sendiri berlangsung di Gedung Langit, Kenjeran Park. Selain itu juga ada pertunjukan barongsay, pemotongan tumpeng dan kue tart.
Dan perlu diketahui, tercatat pasangan yang ikut nikah massal ini yang tertua adalah Said (70) dan Nati (43) berasal dari Kabupaten Pasuruan. Sementara yang termuda adalah pasangan Ayu Meliana (17) dan Yohanes (23).
sumber : http://beritajatim.com/detailnews.php/8/Peristiwa/2010-11-22/84636/180_Pasangan_Nikah_Gratis_di_Monkasel