Suparno (39), warga Dusun Bakalan, Desa Katerungan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, meringkuk di tahanan Markas Kepolisian Sektor Krian.
Sopir SMK I Krian ini diduga membobol brankas besi milik sekolah tersebut yang berisi uang sekitar Rp 260 juta.
Tersangka mengaku terpaksa mencuri setelah ketagihan judi dan dijerat utang senilai Rp 20 juta. Polisi membekuk tersangka dua jam setelah Bendahara SMK Krian I Puspita Dewi (40) melapor ke Mapolsek Krian, Minggu (10/10/2010) sore.
Dewi mengaku kaget saat mengetahui ruangannya diacak-acak. “Ternyata brankas uang sudah tidak ada,” katanya.
Saat dia masuk ruang berukuran sekitar 8 x 4 meter itu, pintu tidak terkunci. Padahal sehari-hari, pintu ruangan terkunci rapat. Saat itu Dewi bersama kakaknya, Puspita Rini, datang di sekolah di Desa Katerungan, Krian, itu pukul 13.30 WIB. “Saya mau mengerjakan laporan,” kata Dewi.
Anjing pelacak yang dibawa polisi hanya berputar-putar di sekitar sekolah. “Berarti ada orang dalam,”duga Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Sidoarjo AKP Ernesto Saiser di lokasi kejadian.
Sejumlah saksi pun dimintai keterangan polisi. Selain tukang kebun sekolah yang memegang kunci, diperiksa juga Suparno, yang sehari-hari menyopiri Kepala SMK Krian I Bambang Suharsono.
Suparno diperiksa intensif karena polisi memperoleh informasi bahwa dia sempat meminjam kunci pada salah satu tukang kebun sekolah, sehari sebelum kejadian. “Dia meminjam kunci dengan alasan kunci itu juga cocok untuk kunci rumahnya,” kata Kapolsek Krian Kompol Achmad Sholeh.
Setelah didesak polisi, Suparno akhirnya mengaku. Polisi juga mendapatkan bukti uang Rp 1,6 juta dalam dompetnya. Uang yang diambil sempat dipakai Suparno berjudi sabung ayam, tetapi kalah. “Sekitar Rp 500.000 untuk judi,” beber Kompol Achmad Sholeh.
Di depan polisi, Suparno mengaku mengambil brankas di ruangan bendahara sekitar pukul 06.00 WIB saat sekolah sepi. Dengan kunci duplikat yang didapat beberapa hari sebelum aksi, tersangka dengan mudah membuka pintu ruangan bendahara.
Ban mobil kempesDia lalu membopong brankas berukuran 60 cm x 40 cm itu ke luar ruangan menuju mobil. Namun, ternyata salah satu ban mobil itu kempes. Ia kemudian lari ke gudang praktik di belakang sekolah. Di tempat itu, dia lantas membuka paksa pintu brankas menggunakan linggis.
Beberapa bekas goresan di ujung brankas masih membekas. Setelah terbuka, ia mengambil semua uang, sekitar Rp 260 juta. Dari jumlah itu, tersangka membawa pergi 1,6 juta, sedangkan sisanya disimpan di sebuah lemari di gudang tersebut.
Dia kemudian menutup brankas dengan tripleks agar tidak kelihatan. Sampai tadi malam, uang yang tersisa hanya Rp 164 juta. ”Kami masih mencari sisanya,” ucap AKP Ernesto Saiser.
Saat ini polisi mengembangkan kasus tersebut. Ada dugaan pelaku lebih dari seorang. Sebab, untuk membawa brankas itu seorang diri dalam keadaan kosong, lumayan sulit.
Suparno mengaku terpaksa membobol brankas itu karena bingung kerap ditagih istrinya agar segera menyelesaikan renovasi rumah.
Padahal, rumah itu dibangun salah satunya dengan uang pinjaman. “Utang saya banyak. Ada di mana-mana. Jumlahnya sekitar Rp 20 juta,” ujarnya kepada Surya di Mapolsek Krian, Minggu malam.
Lulusan Sarjana Teknik Mesin sebuah perguruan tinggi swasta (PTS) di Surabaya ini mengaku sudah bekerja selama 13 tahun di sekolah tersebut dengan gaji Rp 1,7 juta per bulan. Namun, gaji itu tidak diterima utuh karena dia punya utang di koperasi sekolah.