Kepariwisataan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai menggeliat setelah letusan Gunung Merapi yang berdampak tertutupnya peninggalan peradaban dunia itu oleh abu vulkanik.
Kalau sampai kepada tahap normal kepariwisataan Borobudur membutuhkan waktu antara enam bulan hingga satu tahun.
-- Pujo Suwarno
"Sekarang mulai menggeliat," kata General Manager PT Taman Wisata Candi Borobudur, Pujo Suwarno, di Borobudur, Jumat (26/11/2010).
Petugas membersihkan stupa di kawasan wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang tertutup abu vulkanik letusan Gunung Merapi, Jumat (12/11/2010). Balai Konservasi Peninggalan Borobudur menjadwalkan pembersihan ini selesai tiga hingga empat minggu ke depan.
Pada hari biasa, menurut Pujo, sekitar dua ribu wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara berkunjung ke Candi Borobudur yang dibangun sekitar abad ke-8 pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra di antara Kali Elo dengan Progo itu.
Ia mengatakan selama seminggu terakhir pengunjung Borobudur antara empat ratus hingga delapan ratus orang, baik wisnus maupun wisman, baik rombongan pelajar, pribadi, maupun keluarga. Mereka antara lain berasal dari berbagai daerah seperti Tulung Agung, Kediri, Madiun, dan Ponorogo, sedangkan wisman antara lain berasal dari Polandia dan Belanda.
Belum lama ini, pihaknya juga menerima konfirmasi calon wisman berasal dari Jepang. "Kami juga telah menerima dispensasi masuk untuk rombongan wisatawan," katanya.
Ia mengatakan wisatawan yang dibawa oleh biro perjalanan wisata dengan rute Jakarta-Bandung-Purwokerto-Dieng-Borobudur juga telah tiba di Candi Borobudur.
Lama kunjungan wisata Candi Borobudur pascaletusan Merapi, katanya, antara satu hingga dua jam, sedangkan pada hari biasa lebih dari dua jam. Candi Borobudur dibuka untuk kunjungan sejak 16 November 2010 setelah letusan intensif Merapi 26 Oktober 2010 hingga 5 November 2010.
Hingga saat ini, katanya, pembersihan Candi Borobudur dari abu vulkanik dampak semburan awan panas dan hujan abu Merapi masih dilakukan petugas. Pihak TNI setiap hari menurunkan sekitar 250 personel untuk membantu membersihkan kompleks candi itu dari abu dan membenahi TWCB dari dampak letusan Merapi.
Pujo mengatakan, kalangan pelaku wisata Yogyakarta dan Magelang secara terjadwal dengan jumlah antara 120 hingga 150 orang juga membantu membersihkan dan membenahi kompleks candi itu dari abu Merapi. "Mereka juga mulai menjual kepariwisataan Candi Borobudur," katanya.
Hingga saat ini pengunjung Borobudur masih dibatasi hingga pelataran. "Diharapkan minggu depan pengunjung sudah bisa naik sampai lantai tujuh, sedangkan lantai delapan, sembilan, dan sepuluh masih dalam pembersihan," katanya.
Sekitar seribu dari tiga ribu pedagang cendera mata, makanan, dan minuman di kompleks TWCB sudah berjualan dan melayani wisatawan.
Menurut Pujo, Candi Borobudur yang sedang tertimpa abu Merapi sesungguhnya menjadi keistimewaan atas kepariwisataan setempat. "Sebenarnya ini momentum yang langka karena candi tertutup abu. Tetapi pembersihan abu harus tetap dilaksanakan karena abu yang menempel di batuan candi rawan terhadap korosi," katanya.
Pujo memperkirakan, upaya pemulihan kepariwisataan Candi Borobudur pascaletusan Merapi membutuhkan waktu antara enam bulan hingga satu tahun.
"Kalau untuk sampai kepada tahap normal kepariwisataan Borobudur membutuhkan waktu antara enam bulan hingga satu tahun. Cukup rumit dan hati-hati pembersihan abu yang menempel di candi dan pembenahan kondisi taman itu hingga bisa dinikmati wisatawan secara nyaman dan aman," katanya.(kompas)