Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, saat ini menyiapkan penggunaan sistem sekolah siang untuk siswa sekolah dasar di lokasi pengungsian warga lereng Gunung Merapi.
Kepala Dinas Pendidikan Klaten, Sunardi, di Klaten, Jumat (15/10/2010), mengatakan, saat ini pihaknya tengah memetakan lokasi untuk kegiatan belajar mengajar sementara tersebut.
“Beberapa pengelola SD di lokasi aman telah dikoordinasikan untuk digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar sementara, dengan sistem sekolah siang karena anak-anak harus tetap belajar di lokasi pengungsian,” katanya.
Selain itu, katanya, masing-masing kepala SD yang berada di kawasan rawan bencana III lereng Merapi bersama komite sekolah dan pemerintah desa setempat juga diminta untuk mencari lokasi alternatif untuk kegiatan belajar-mengajar (KBM) sementara.
Dia menjelaskan, kemungkinan besar kegiatan belajar mengajar sementara juga dapat dilaksanakan di lapangan terbuka, masjid, serta rumah-rumah penduduk. “Para tenaga pengajar nantinya akan mengondisikan para siswa di lokasi belajar yang baru tersebut,” katanya.
Ia melanjutkan, peserta didik di masing-masing SD telah mendapatkan simulasi penanggulangan bencana sehingga dinilai siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana seperti gempa bumi.
“Selain itu, pihak sekolah telah diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengetahui tanda-tanda alam dan informasi seputar aktivitas Merapi dari Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian,” kata Sunardi.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan Kecamatan Kemalang, Klaten, Trimo, menambahkan terdapat enam SD di lokasi kawasan rawan bencana III Merapi, yakni masing-masing sebanyak dua sekolah di Desa Balerante, Desa Sidorejo, dan Desa Tegalmulyo dengan total siswa sebanyak 600 anak.
Masing-masing pihak sekolah dan pemerintah desa setempat, lanjut Trimo, akan memetakan lokasi KBM sementara pada Kamis (21/10) mendatang.
“Lokasi KBM yang dipetakan akan sama dengan lokasi barak pengungsian warga desa yaitu Desa Dompol untuk warga Desa Sidorejo, Desa Bawukan untuk warga Desa Balerante, dan Desa Telogowatu untuk warga Desa Tegalmulyo,” kata Trimo.
Selain mempersiapkan tempat belajar alternatif, lanjut Trimo, pihak sekolah juga telah mempersiapkan pengamanan dan penyelamatan dokumen penting murid jika mendapatkan instruksi mengungsi dari perangkat desa setempat.