Dimanapun Arema FC tanding, disitulah Aremania akan setia mendampinginya. Bahkan, bukan hanya saat bertanding, tim kesayangannya itu latihan, juga ditemani dengan setia oleh Aremania.
Kala klub yang berdiri tahun 1987 ini bertanding di Bhumi Arema, diatas tribun tak pernah terlihat kosong dari suporter setianya. Namun, patut disayangkan, setiap pertandingan digelar, Aremania selalu menyannyikan lagu-lagu rasis, yang mengolok-olok suporter lainnya.
Sebut saja, suporter yang sering diolok-olok Aremania di atas tribun dan bahkan sering muncul dikala Aremania gelar konvoi di jalanan, adalah suporter Persebaya yang dikenal dengan sebutan Bonek (bondo nekat).
Realitas nyanyian rasisme yang datang dari hampir semua Aremania itu mendapat kritik dan sambutan tak sedap dari ketua Panpel Arema untuk ISL 2010-2011, Abriadi Muhara dan Manager Media Officer Arema Sudarmadji.
Kritik pedas itu muncul setelah keduanya (Abriadi dan Sudarmadji) berkali-kali mendengar nyanyian rasis dari ribuan Aremania. Terakhir, saat Arema menjamu tim tamunya Persijap Jepara di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Rabu (20/10/2010).
Melihat nyanyian rasis yang muncul dari tirbun stadion Kanjuruhan itu, Abriadi Muhara selaku ketua Panpel Arema, jelas tak ingin mendapat kecaman dari berbagai pihak. Terutama oleh PSSI.
Karenanya, Abriadi meminta dan berharap agar Aremania tak lagi menyuarakan nada rasis saat menonton tim kesayangannya. “Pada prinsipnya, Panpel meminta Aremania untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan tim kesayangan kita Arema," katanya kepada wartawan di Malang, Kamis (21/10/2010).
Imbauan dari ketua Panpel Arema itu bukan hanya satu kali. Bahkan sudah berkali-kali disampaikan ke teman-teman Media. Hampir setiap jelang pertandingan, pihaknya selalu meminta agar Aremania tak lagi menyanyikan lagu-lagu rasis.
Namun, imbaun tersebut hanya ibarat angin berlalu. Tak pernah dihiraukan oleh Aremania. Lagu bernada rasis selalu dikumandangkan oleh suporter fanatik tim yang saat ini diasuh Miroslav Janu itu.
"Saya sudah setiap akan bertanding mengimbau agar Aremania tak menyanyikan lagu-lagu yang mengandung rasisme. Tapi masih saja muncul. Polisi selalu mengeledah petasan, namun masih saja ada yang menyulut petasan di dalam stadion," katanya.
Berbagai tindakan tegas sudah dilakukan Panpel Arema. “Imbauan sudah berkali-kali disampaikan. Semoga saja, kedepan tak ada lagi nyanyian rasis dari Aremania,” kata Abriadi berharap.
Selain kritik muncul dari ketua Panpel Arema, juga datang dari Manager Media Officer Arema, Sudarmadji. Ia juga menegaskan, tindakan-tindakan rasis berupa nyanyian-nyanyian selama pertandingan berlangsung sebaiknya tidak dilakukan oleh Aremania.
Kalau Aremania cinta kepada Arema, lagu rasisme tak seharusnya muncul. Karena nada rasisme itu akan merugikan tim kesayangannya. Bukan malah menguntungkan Arema. Tetapi merugikan tim berlogo kepala singa itu.
"Kalau memang cinta terhadap Arema, Seharusnya tidak melakukan tindakan yang merugikan Arema. Mengolok-olok tim lain, yang tidak ada hubunganya dengan pertandingan, sebaiknya jangan terjadi lagi,"tegas pria asal Banyuwangi itu.[beritajatim.com]