Kopi Luwak Liwa Kesulitan Pemasaran


Sebagian produsen kopi luwak di Way Mengaku, Kabupaten Lampung Barat, mulai menghentikan produksinya akibat kesulitan modal dan pemasaran produk. Padahal, kopi luwak ini disebut-sebut menjadi komoditas ekspor unggulan.

Dari sepuluh produsen kopi luwak di sentra kopi luwak Way Mengaku, hanya empat diantaranya yang saat ini masih aktif memproduksi kopi. Itu pun dengan skala produksi yang jauh lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, saat ini tengah tidak musim kopi.

Ditemui Minggu (10/10/2010) lalu, Sapri (39), salah seorang produsen Kopi Luwak di Way Mengaku mengatakan, di gudangnya kini menumpuk 7 kuintal bijih kopi mentah gelondongan yang belum bisa terjual. Padahal, ia membutuhkan pemasukan untuk membiayai pakan 30 ekor luwaknya.

Akibatnya, ini pun kini mengurangi jumlah luwak yang dipelihara. Dari sebelumnya 100, tersisa 30 ekor. Sebagian luak dijual atau dilepaskan ke hutan. "Satu ekor luwak saja setidaknya membutuhkan makan 2 sisir pisang setiap hari. Belum lagi ikan untuk tambahan pakan. Usaha semacam ini memang harus tebal modal," ujar dia.

Selain modal, kendala terbesar produsen kopi luwak di Lambar adalah pemasaran produknya. "Diakuinya, meski tidak sedikit produk-produknya dipesan pembeli dari negara luar, namun pemesanan itu belum rutin. Sifatnya spekulasi," ujar dia.

Wahyu Anggoro (25), produsen kopi luwak lainnya yang memiliki merek dagang Musong Liwa, mengatakan, produksinya kini turun dari rata-rata sebelumnya 15 kilogram, menjadi hanya 5 kg per hari. Jumlah itu termasuk kopi bubuk serta berbentuk gelondongan.

Penyebab utama sulitnya pemasaran produk adalah tidak adanya sertifikat keaslian produk para produsen kopi luwak yang tergabung dalam kelompok Pesagi Mandiri. Permintaan ekspor skala besar umumnya mensyaratkan sertifikat produk ini.

digg it
buzz yahoo
google
Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook
reddit





Terkait




TERPANAS

 

Rekomendasi

Dunia Bayi dan Ibu

Gambar Unik dan Foto Lucu